Bilangan dan angka
Dalam
penggunaan di kehidupan sehari-hari, angka dan bilangan seringkali dianggap
sebagai dua hal yang sama. Sebenarnya, angka dan bilangan mempunyai
pengertian yang berbeda. Bilangan adalah suatu konsep matematika yang
digunakan untuk pencacahan dan pengukuran. Sedangkan angka adalah suatu
simbol atau lambang yang digunakan untuk mewakili satu bilangan. Dalam
matematika, konsep bilangan selama bertahun-tahun telah diperluas untuk
meliputi bilangan nol, bilangan asli, bilangan bulat, bilangan rasional,
bilangan irasional, dan lain-lain. Bilangan asli merupakan salah satu
konsep matematika yang paling sederhana dan termasuk konsep pertama yang
bisa dipelajari dan dimengerti oleh manusia. Sekarang kita akan membahas
tentang sejarah bilangan dan angka.
A.
Sejarah
Bilangan
Penemuan Bilang an
Pada masa awal kebangkitan bilangan,
tidak hanya berkembang sebatas konsep, tapi juga ada yang diaplikasikan dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat dilihat pada
pemanfaatan konsep bilangan dalam metode kode baris, kriptografi, komputer, dan
lain sebagainya. Bilangan pada awalnya hanya dipergunakan untuk mengingat
jumlah, namun dalam perkembangannya setelah para pakar matematika menambahkan
perbendaharaan simbol dan kata-kata yang tepat untuk mendefenisikan bilangan
maka matematika menjadi hal yang sangat penting bagi kehidupan dan tak bisa
kita pungkiri bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita akan selalu bertemu dengan
yang namanya bilangan.
Gambaran
Sejarah Purbakala dari Matematika
Pada zaman purbakala banyak
bangsa-bangsa yang bermukim sepanjang sungai-sungai besar. Bangsa Mesir
sepanjang sungai Nil di Afrika, bangsa Babilonia sepanjang sungai Tigris dan Eulfrat,
bangsa Hindu sepanjang sungai Indus dan Gangga, bangsa Cina sepanjang sungai Huang
Ho dan Yang Tze. Bangsa-bangsa itu memerlukan keterampilan untuk mengendalikan
banjir, mengeringkan rawa-rawa, membuat irigasi untuk mengolah tanah sepanjang
sungai menjadi daerah pertanian untuk itu diperlukan pengetahuan praktis, yaitu pengetahuan teknik dan matematika
bersama-sama.
Sejarah menunjukkan bahwa permulaan
Matematika berasal dari bangsa yang bermukim
di sepanjang aliran sungai. Mereka memerlukan perhitungan, penanggalan yang
bisa dipakai sesuai dengan perubahan musim. Diperlukan alat-alat pengukur untuk
mengukur persil-persil tanah yang dimiliki. Peningkatan peradaban memerlukan
cara menilai kegiatan perdagangan, keuangan dan pemungutan pajak. Untuk
keperluan praktis maka diperlukan bilangan-bilangan.
Perkembangan
Teori Bilangan
Perkembangan teori bilangan telah menyebar ke berbagai
negara , di bawah ini akan di jelaskan beberapa perkembangan yang ada pada
negara-negara tersebut :
a) Teori Bilangan
Pada Suku Bangsa Mesir Kuno
Matematika Mesir merujuk pada
matematika yang ditulis di dalam bahasa Mesir. Sejak peradaban helenistik
matematika Mesir melebur dengan matematika Yunani dan Babilonia yang
membangkitkan Matematika helenistik. Pengkajian matematika di Mesir berlanjut
di bawah Khilafah Islam sebagai bagian dari matematika Islam, ketika bahasa
Arab menjadi bahasa tertulis bagi kaum terpelajar Mesir.
Tulisan matematika Mesir yang paling
panjang adalah Lembaran Rhind (kadang-kadang disebut juga “Lembaran Ahmes”
berdasarkan penulisnya), diperkirakan berasal dari tahun 1650 SM tetapi mungkin
lembaran itu adalah salinan dari dokumen yang lebih tua dari Kerajaan Tengah
yaitu dari tahun 2000-1800 SM. Lembaran itu adalah manual instruksi bagi
pelajar aritmetika dan geometri. Selain memberikan rumus-rumus luas dan
cara-cara perkalian, pembagian, dan pengerjaan pecahan, lembaran itu juga
menjadi bukti bagi pengetahuan matematika lainnya, termasuk bilangan komposit
dan prima; rata-rata aritmetika, geometri, dan harmonik; dan pemahaman
sederhana Saringan Eratosthenes dan teori bilangan sempurna (yaitu, bilangan
6). Lembaran itu juga berisi cara menyelesaikan persamaan linear orde satu juga
barisan aritmetika dan geometri.
Naskah matematika Mesir penting
lainnya adalah lembaran Moskwa, juga dari zaman Kerajaan Pertengahan, bertarikh
kira-kira 1890 SM. Naskah ini berisikan soal kata atau soal cerita, yang
barangkali ditujukan sebagai hiburan.
b) Teori Bilangan Pada Masa
Sejarah (Masehi)
Awal kebangkitan teori bilangan
modern dipelopori oleh Pierre de Fermat (1601-1665), Leonhard Euler
(1707-1783), J.L Lagrange (1736-1813), A.M. Legendre (1752-1833), Dirichlet
(1805-1859), Dedekind (1831-1916), Riemann (1826-1866), Giussepe Peano
(1858-1932), Poisson (1866-1962), dan Hadamard (1865-1963). Sebagai seorang
pangeran matematika, Gauss begitu terpesona terhadap keindahan dan kecantikan
teori bilangan, dan untuk melukiskannya, ia menyebut teori bilangan sebagai the
queen of mathematics.
Pada masa ini, teori bilangan tidak hanya berkembang sebatas konsep, tapi juga banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat dilihat pada pemanfaatan konsep bilangan dalam metode kode baris, kriptografi, komputer, dan lain sebagainya.
Pada masa ini, teori bilangan tidak hanya berkembang sebatas konsep, tapi juga banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat dilihat pada pemanfaatan konsep bilangan dalam metode kode baris, kriptografi, komputer, dan lain sebagainya.
B.
Sejarah Angka
Angka adalah
“suatu tanda atau lambang yang digunakan untuk melambangkan bilangan”.
dan Angka Arab adalah sebutan untuk
sepuluh buah digit (yaitu: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9). Angka adalah
keturunan dari angka India dan sistem angka Hindu-Arab yang
dikembangkan oleh matematikawan India, yang membaca urutan angka seperti
“975” sebagai satu bilangan yang utuh. Angka India kemudian diadopsi
oleh matematikawan Persia di India, dan diteruskan lebih lanjut
kepada orang-orang Arab di sebelah barat. Bentuk angka itu dimodifikasi di saat
mereka diteruskan, dan mencapai bentuk Eropanya (bentuk yang sekarang) pada
saat mencapai Afrika Utara. Dari sana, penggunaan angka menyebar
ke Eropa pada Abad Pertengahan. Penggunaan Angka Arab tersebar
ke seluruh dunia melalui perdagangan, buku dan kolonialisme Eropa.
Saat ini, Angka Arab adalah simbol representasi angka yang paling umum
digunakan di dunia.
Sesuai dengan sejarah mereka,
angka-angka (0,1,2,3,4,5,6,7,8,9) juga dikenal sebagai Angka Hindu atau Angka
Hindu-Arab. Alasan mereka lebih dikenal sebagai “Angka Arab” di Eropa dan
Amerika adalah karena mereka diperkenalkan ke Eropa pada abad kesepuluh melalui
bangsa Arab di Afrika Utara. Dahulu (dan sampai sekarang) digit-digit tersebut
masih dipergunakan oleh orang Arab barat semenjak dari Libya hingga ke
Maroko. Di sisi lain, orang-orang Arab menyebut sistem tersebut dengan
nama “Angka Hindu”, yang mengacu pada asal mereka di India. Namun
demikian, angka ini tidak boleh dirancukan dengan “Angka Hindu” yang
dipergunakan orang-orang Arab di Timur Tengah (٠.١.٢.٣.٤.٥.٦.٧.٨.٩),
yang disebut dengan nama lain Angka Arab Timur; atau
dengan angka-angka lain yang saat ini dipergunakan di India (misalnya
angka Dewanagari: ०.१.२.३.४.५.६.७.८.९)
Dalam bahasa Inggris, dengan
demikian istilah Angka Arab dapat menjadi bermakna ganda. Angka paling sering
digunakan untuk merujuk pada sistem bilangan digunakan secara luas di Eropa dan
Amerika. Dalam hal ini, Angka Arab adalah nama konvensional untuk seluruh
keluarga sistem angka Arab dan India.
Sistem desimal Angka Hindu-Arab
ditemukan di India sekitar 500 Masehi. Sistem ini revolusioner dalam hal
ia memiliki angka nol dan notasi posisional. Hal tersebut
dianggap sebagai tonggak penting dalam pengembangan matematika. Seseorang dapat
membedakan antara sistem posisi ini, yang identik adalah seluruh keluarga angka
Hindu-Arab, dan bentuk penulisan (glyph) tertentu yang
digunakan untuk menulis angka, yang bervariasi secara regional. Glyph yang
paling umum yang digunakan bersama-sama dengan Abjad
Latin sejak Abad Modern
Awal adalah 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9.
Penulisan symbol matematika pertama
muncul di zaman Babylonia (sekitar 3300 sebelum masehi). Mereka menulis atau
menggambar bentuk paku untuk mewakili satu, sedangkan bentuk V mewakili
sepuluh. Sembilan paku dan satu V berarti sembilan belas. Zaman berkembang dan
melahirkan berbagai peradaban yang juga menggunakan sistem bilangan yang sama
dengan bangsa Babylonia. Bangsa Maya misalnya menggunakan garis sebagai
representasi dari angka lima dan titik yang mewakili angka satu. Mereka
menuliskan 19 dengan tiga garis dan empat titik. Bangsa Mesir kuno menggunakan
garis untuk mewakili satuan, bentuk pegangan keranjang untuk puluhan, bentuk
gulungan tali untuk ratusan, dan bentuk bunga lotus untuk mewakili ribuan.
Sistem bilangan tersebut adalah contoh sistem bilangan penjumlahan, karena
nilai dari suatu angka sama dengan jumlah nilai dari simbol yang mewakilinya.
Bangsa Romawi yang menemukan sistem biilangan Romawi juga dianggap sebagai
sistem bilangan penjumlahan. Misalnya XI berarti 10 + 1 = 11. Keunggulan dari
sistem bilangan romawi ini yakni, apabila menempatkan angka yang lebih kecil di
depan sebelum bilangan yang lebih besar maka akan menandakan pengurangan
misalnya IX berarti 10 – 1 = 9.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar